Jumat, 11 Juli 2014

Yang hilang dan bertahan (Pasca Pilpres 2014)

sumber: kaskus.co.id

Piplres tahun 2014 memang unik.

Hanya diikuti oleh dua pasang calon presiden dan wakil presiden.

Kedua pasang ini sama-sama memiliki peminat, fans dan pengikut yang besar. Kekuatan keduanya bisa kita lihat dari bagaimana mereka mampu mengendalikan semua media yang ada; baik media cetak, elektronik maupun televisi.

Bahkan, pasca pilpres diselenggarakan tepatnya sehari setelah pemilihan ada dua saham perusahaan yang dikabarkan turun.

Hal ini terkait independesi media dalam mengawal perpolitikan nasional.

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa semua media rela menurunkan martabatnya sebagai penengah masyarakat, pemberi kabar yang netral.


Sebelum berlangsungnya proses pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014, dalam batin saya sudah memprediksi bahwa nantinya akan ada sedikitnya dua versi quick count yang memenangkan pasangan capres dan cawapres berbeda.


Dan itu terbukti.

Dan kali ini, melihat perkembangan perpolitikan nasional, saya mulai menerka-nerka apa yang akan terjadi kemudian tepatnya setelah KPU secara resmi mengumumkan pemenangnya.

Berikut hal-hal yang akan hilang dan tetap bertahan setelah tanggal 22 juli 2014.

1. Kedua pasang capres dan cawapres akan saling memuji setelah mereka memperoleh informasi pemenang pilpres. Hal ini sudah menjadi kelumrahan adat ketimuran bahwa sifat kesatria harus tetap ditunjukan meskipun dalam batin menolak.


2. Ada kemungkinan chaos, atau kerusuhan. Bisa besar. Bisa sedang. Sebagaimana kita ketahui media-media yang ada di Indonesia sudah dikendalikan oleh kedua belah pihak. Sehingga adu serang berita akan tetap berlangsung. Permasalahan kecil akan dibesarkan. Kerusuhan kecil akan dikaitkan.


3. Jika pada akhirnya pasangan Capres dan cawapres no. 1 dinyatakan sebagai pemenang oleh KPU, masa pendukung capres dan cawapres no. 2 akan berontak. Hal ini sudah diakui oleh pihak mereka sendiri dalam beberapa pernyataannya termasuk pernyataan langsung dari capres no. 2 (Jika saya kalah maka ada kecurangan). Dasar inilah yang menjadi alasan bagi saya bahwa chaos tidak akan terhindarkan. Akan tetapi media tetap bermain di sini. Saling menutupi dan saling menuduh. Termasuk juga saling mengelak siapa dalang dan aktor dibalik Chaos tersebut.


  4. Lalu apa yang akan terjadi jika KPU menyatakan bahwa capres dan cawapres no. 2 sebagai pemenang?

Yang pertama terjadi tentu ada beberap issue yang perlahan tenggelam. Salah satu yang sangat mungkin terjadi adalah issue pelanggaran HAM 1998 di mana Prabowo selalu dituntut sebagai orang yang bertanggung jawab.

Issue ini akan berakhir seiring berakhirnya pertempuran dua pasang capres dan cawapres. Mengapa demikian? sebagaimana kita ketahui, perpolitikan kita bahkan dunia selalu memanfaatkan apa saja yang bisa dijadikan sebagai senjata untuk menyerang lawan dan juga untuk mempertahankan diri.

Dalam kaitan ini, Issue HAM 1998 hanya dimunculkan sebagai senjata untuk menghancurkan lawan saja. Anda tentu heran kenapa beberapa bulan belakangan sering kali terdengar tuntutan sebagian orang untuk menyelesaikan kasus HAM 1998? Anda tentu heran mengapa baru sekarang Wiranto membuka mulut terkait issue kasus HAM 1998? Dan Anda seharusnya heran mengapa tahun 2009 di mana waktu itu Megawaty menggandeng Prabowo sebagai cawapres tidak ada satupun kadernya yang menghembuskan issue kasus HAM 1998? Anda bisa temukan sendiri jawabannya. Dan issue ini saya yakini akan tenggelema paling lama satu bulan setelah penetapan hasil pilpres dari KPU.

5. Lalu apa lagi yang akan terjadi jika ternyata KPU memutuskan pasangan no. 2 sebagai pemenang? Yang paling mendekati pasti adalah Gerindra akan kembali membersihkan DKI dari issue-issue minor. Hal ini tentu dikarenakan DKI akan dipimpin oleh orang mereka yakni Ahok.

Issue-issue seperti macet, banjir, penggusuran perlahan akan terkikis dari kubu mereka. Namun tidak demikian dengan kasus Korupsi Trans Jakarta. Mereka akan terus mengawal dan memastikan keterlibatan Bimo (Timses Jokowi di Solo dulu) dan berharap Jokowi ada di belakang kasus tersebut.

6. Jokowi akan kehilangan kebiasaannya yang dulu yakni blusukan ke bawah ketika dia lolos sebagai presiden RI ketujuh (kalo menurut saya kesembilan).

Bukan karena dia melanggar janji.

Tapi tugas itu akan berada di tangan para mentri dalam kabinetnya termasuk wapresnya nanti, JK.

Jika Jokowi masih melakukan blusukan ke bawah berarti sistem yang dia bangun tidak berjalan. Revolusi mental yang didengungkan tidak bekerja dengan baik.


Benar tidaknya perkiraan ini, kita akan buktikan nanti pada saatnya yang akan datang, Tulisan ini hanya sebagai perwakilan pikiran saya mengamati peta perpolitikan yang terjadi.


Sendawar, 12 Juli 2014

0 Komentar:

Posting Komentar

Ads 468x60px

Social Icons

About Me

Foto Saya
Ali Mahfud, S.Pd., Gr.
Penulis adalah pengajar di salah satu SMPN di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur
Lihat profil lengkapku

About Me

Foto Saya
Ali Mahfud, S.Pd., Gr.
Penulis adalah pengajar di salah satu SMPN di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur
Lihat profil lengkapku

Followers

Featured Posts