sumber: soundcloud.com |
Sepertinya, manusia semakin tak
memahami hakekat tuhan menciptakan perbedaan dalam hidup. Banyak hal yang tuhan
ciptakan dan uniknya tidak satupun yang memiliki kesamaan. Setidaknya itu yang
saya pahami dari kehidupan ini. Akan tetapi keinginan untuk tetap bertahan
hidup menepikan itu semua. Perbedaan-perbedaan yang tuhan ciptakan justru malah
disamakan oleh manusia itu sendiri. Apakah itu yang benar-benar tuhan inginkan?
Aku hampir-hampir tak percaya ketika dalam heningnya waktu aku seakan hidup
sendiri ditengah hingar bingar kelakar manusia. Aku akui memang ada seorang
wanita yang ku jadikan sebagai istri disampingku. Akan tetapi keseragaman hidup
membuatku terasing dari bumi.
Aku bahkan tak tahu harus bicara
dengan siapa, dengan apa, dan bagaimana soal keterasingan ini. Memilih menjadi
berbeda memang sebuah keunikan tersendiri saat ini. Setidaknya itu yang aku tahu dari apa yang diucapkan sang Nabi. Jika perbedaan adalah rahmat, mengapa manusia memilih seragam? Mengapa manusia memilih warna yang sama? Bentuk yang sama? Posisi yang sama? Dan keadaan yang sama? Inikah sebenarnya hidup?
berbeda memang sebuah keunikan tersendiri saat ini. Setidaknya itu yang aku tahu dari apa yang diucapkan sang Nabi. Jika perbedaan adalah rahmat, mengapa manusia memilih seragam? Mengapa manusia memilih warna yang sama? Bentuk yang sama? Posisi yang sama? Dan keadaan yang sama? Inikah sebenarnya hidup?
Lebih baik diasingkan memang,
dari pada hidup dalam keseragaman. Lebih baik diasingkan memang, dari pada
hidup dalam kemunafikan. Hingar bingar kelakar manusia membuatku tak henti
berpikir tentang hidup ini. Mungkin kesunyian memang teman terbaik bagi lelaki
kurus seperti aku. Bersama kesunyian aku merasa ramai, bersama kesunyian aku
merasa damai. Bersama kesunyian aku merasa hidupku benar-benar berarti. Aku
merasa menjadi manusia seperti yang tuhan ciptakan. Manusia yang berbeda dan
terus memilih jalan berbeda dari keseragaman bentuk dan warna hidup.
Bersama kesunyian pula aku merasa
tuhan semakin dekat. Mendekap erat. Memeluk. Mencium otakku dan prinsip
idealismeku. Hal ini tidak ku temukan diantara manusia-manusia munafik yang
memilih jalan orang lain sebagai
jalannya, meski sebenarnya mereka tahu bukan itu yang mereka inginkan.
Tengok saja bumi ini. Tengoklah.
Apa yang kalian lihat? Kalian tentu tidak mungkin mengenali satu sama lain.
Bahkan diri kalian sendiri. Karena kalian bersikap sama. Satu jalan. Satu
warna. Satu bentuk dan satu rupa. Bagaimana mungkin anda mampu bangkit dan
menunjuk dengan jari siapa dia, siapa mereka, dan siapa diri anda sedang kalian
sendiri hidup dengan jalan dan cara yang sama.
Memang, lebih baik hidup dalam
keterasingan dari pada tunduk pada kemunafikan. Setidaknya itu yang diucapkan
oleh manusia lain yang memiliki teman yang sama. Keterasingan.
Kutai
Barat yang terasing, 3 Oktober 2012
0 Komentar:
Posting Komentar